Negara
Indonesia Belum Mengakuinya Atas Kasus Penyandapan, Malah Menyangkal
Diri Membuat Terselubungnya Biangkeladi Atas Tragedy Ini.
Itulah
salah satu dokumen yang dibocorkan mantan kontraktor Badan Intelijen
Amerika Serikat (NSA) Edward J. Snowden, dan dipublikasikan luas oleh
Guardian Australia bersama Australian Broadcasting Corporation serta
The Sydney Morning Herald, Senin 18 November 2013.
Bukan
hanya Presiden SBY yang disadap, tapi juga Ibu Negara Kristiani
Herawati atau Ani Yudhoyono dan 8 pejabat RI lainnya, yakni Wakil
Presiden Boediono, mantan Wapres Jusuf Kalla, mantan Juru Bicara
Kepresidenan Bidang Luar Negeri Dino Patti Djalal yang kini menjadi
Duta Besar RI untuk AS, mantan Juru Bicara Kepresidenan Andi
Mallarangeng, mantan Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa yang kini
menjabat Menteri Koordinator Perekonomian, mantan Menteri Koordinator
Perekonomian Sri Mulyani Indrawati yang kini menjabat Direktur Bank
Dunia, mantan Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM Widodo AS,
dan mantan Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil.
Kesepuluh
nama orang penting di RI itu terpampang berurutan dalam slide
berjudul ‘IA Leadership Targets + Handsets.’ Di samping nama-nama
mereka, tercantum pula jenis ponsel yang mereka gunakan. Presiden
SBY, Ani Yudhoyono, Hatta Rajasa, Sri Mulyani, dan Sofyan Djalil pada
tahun 2009 sama-sama memakai ponsel Nokia E90-1, Boediono dan Dino
Patti Djalal menggunakan BlackBerry Bold 9000, Jusuf Kalla
menggunakan Samsung SGH-Z370, Andi Mallarangeng memakai Nokia E71-1,
dan Widodo AS menggunakan Nokia E66-1. Satu hal jelas, seluruh ponsel
itu memiliki teknologi 3G.
Sebenarnya
Penulis bukan Peneliti persoalan atas kedua hubungan yang sangat erat
selama ini. Namun penulis juga yang sedang menekuni dan memahami akan
hubungan antar Negara, organisasi, hanya mengambarkan secara opininya
saja.
Sebagaimana
dimuat berbagai media baik elektronik maupun surat kabar yang penulis
tangkap dan pahami ini sangat krusial menuangkannya dalam tulisannya.
Bahkan berita yang diperoleh oleh penulis dalam VIVAnews Hubungan
Indonesia dan Australia kembali menghadapi ujian berat. Pemerintah
Indonesia belakangan ini kesal dengan Australia, yang tidak
membenarkan dan tidak membantah soal skandal penyadapan yang diungkap
media massa dari hasil bocoran Edward
Snowden
- mantan kontraktor badan intelijen AS (NSA) yang tengah menjadi
buronan Washington dan kini menetap di Rusia.
Semoga
saja penulis juga yang pemuda yang menekuni masalah hubungan ini,
menyatakan bahwa jika indonesia juga ingin bangun hubungan intim
secara baik, puas, dan sejajar maka pengakuan dari indonesia itu yang
sangat membutuhkan entah itu benar apa yang dicurigakan oleh
pemerintah australia yang mana dibocorkan oleh Edward snowden mantan
kontraktor badan intelijen AS (NSA) yang tengah menjadi buronan
Washington dan kini menetap dirusia itu, atau itu sebagai suatu
tendensi untuk memperkeru hubungan yang telah terjalin dengan baik.
Sebab,
Penulis juga yang kebanyakan habiskan waktu dengan teknik
menyelesaikan persoalan internasional ini terasa tercengang. Karena
persoalan penyandapan ini sampai sekarang belum menemukan pelaku
secara permanen. Sebenarnya, apa yang diancang oleh asutralia itu
pasti sebuah factual yang tak perlu kita tawar diri. Juga Negara
indonesia ini punya kemauan hubungan ranjang yang lebih enak lagi itu
sebagai pelaku juga mesti diungkap secara terbuka.
Jadi,
Penulis sangat yakin sekali dengan kecurigaan indonesia ini bahwa
pasti kasus penyandap itu suatu realita yang mana penulis telah
memperoleh dalam VIVANews menyatakan bahwa Di Australia, Perdana
Menteri Tony Abbott menyatakan pemerintahan manapun di dunia pasti
mengumpulkan informasi. “Pemerintahan negara itu pasti juga
mengetahui bahwa semua administrasi di suatu negara melakukan hal
serupa, yaitu mengumpulkan informasi,” kata dia.
Berarti
itu suatu factual yang tidak perluh tawar menawar diantara mereka
maka kami mendesak kepada Negara NKRI harus mengakui dirinya bahwa
kami memang benar-benar melakukannya, dan sebagai biangkeladinya.
Apakah
Ada Kecurigaan Dengan Situasi Politik, HAM Papua?
Ya,
sesuai dengan fakta tensi politik papua yang kian meruncing hingga
kanca internasional itu. Tetapi sebagai intelek papua juga membantah
diri bahwa tidak pernah australis dan Negara apapun mendukung secara
jelas mengenai bangsa West
Papua
belum temukan. Karena politik itu datang begitu saja secara tiba-tiba
tetapi pulang juga begitu saja tiba-tiba. Tidak pernah ada kata ketuk
pintu, meminta salam, menyampaikan selamat tinggal, jalan dsb.
Karena
apa yang penulis peroleh melalui media VIVANews, bahwa persoalan
serupa, tarik menarik duta besar, diplomat, memutuskan hubungan kerja
sama antar mereka begitu saja. Karena dalam media ini disebutkan
beberapa kali yakni, kasus korbi, impor daging sapi, dan salah satu
yang paling meruncing hingga mampu penulis tuangkan tulisan adalah
Sebelum masalah penyadapan ini, “Pada
Maret 2006 Pun Pemerintah Indonesia Menarik Dubesnya Dari Australia.
Pemulangan Dubes RI Saat Itu Untuk Memprotes Keputusan Australia
Memberikan Visa Kepada 42 Pencari Suaka Asal Papua”.
Untuk
masalah saat ini, pantas saja Indonesia kembali kesal karena
Australia tidak mampu memberi penjelasan yang memuaskan atas skandal
penyadapan telepon para pejabat tinggi RI. The Guardian dan The
Sydney Morning Herald menjelaskan cukup gamblang atas skandal
penyadapan telepon SBY dan para pejabatnya oleh Australia.
Untuk
itu, penulis menyangkal diri dan menyatakan secara sejujurnya atas
kecurigaan yang kian ruwet atas persoalan papua karena letak
geografis sangat strategis, secara history papua ada dan berasal dari
satu pulau awalnya dari Australia yang lepas. Semua kecenderungan
yang kian massive itu kami sebagai anak bangsa
west papua
sangat bantah, karena kami tak pernah ada janjian politik sama sekali
ketika melihat kembali pada kasus 2006 yang pernah Australia
memberikan visa kepada 42 pencari suaka itu.
Menyangkut
kasus visa 2006 itu suatu bantuan kemanusiaan yang australis lakukan,
naka itu penulis kira bahwa indonesia yang katanya menghargai nilai
kemanusiaan, katanya perkembangan demokrasinya cukup baik hingga
internasional, mendengarkan segala keluhan kaum minoritas itu sadar
diri menghadapi dan menerima apa adanya.
Juga,
penulis nyatakan masyarakat papua masuk sampai keaustralia dan
memberikan visa itu sangat wajar saja. Karena Australia memberikan
mereka atas nama demokrasi, kemanusiaan, kaum minoritas, tak ada
janji politiknya. Begitu pula masyarakat papua juga tergolong kaum
minoritas dalam Negara Kesatuan Republic Indonesia (NKRI), yang
pantas dan layak Australia membuat hal seperti itu. Begitu juga
indonesia juga sebenarnya jangan terlalu emosi hatinya karena mereka
ini melaksanakan misi kemanusiaan itu dengan benar dan indoensia itu
hanyalah sebuah tulisan belaka yang tak pernah terlaksana dan
implementasikan secara gamblang.
Kemudian
Australia itu menjalani misi melindungi kaum minoritas, menjalankan
misi demokrasi dengan baik sedangkan indonesia yang gelarnya telah
ambil saja tak pernah wujudkan misi melindungi kaum minoritas yang
terhimpit seperti papua, menghargai demokrasi dengan baik.
Nyatanya
kita bisa melihat saja dari konteks perkembangan HAM yang sangat
cukup giat terhadap internasional maupun domestik tetapi, nyata-nyata
Australia mendukung papua terlepas dari indonesia belum pernah
penulis dan aktivis papua merdeka maupun organ gerakan papua manapun.
Bukan
kali saja kecurigaan indonesia lampiaskan atas permainan Australia
dan amerika serikat atas kecurigaan atas perkembangan politik dan HAM
west papua muncul ketika ada pasukan mariner (angkatan laut) AS
menempatkan diaustralia utara tepatnya didarwin juga pernah terjadi
menuai banyak kecurigaan atas perkembangan situasi HAM dan politik
papua.
Bagaimana
Dengan Kecurigaan Indonesia Atas Penempatan Mariner Amerika Serikat
(AS) Tahun Lalu Di Darwin?
Isu
domestik nasional dan para politikus juga tak pelak lagi, bahwa
Darwin letaknya tak jauh dari west
papua
hanya ditempuh dalam beberapa menit saja sudah bisa serang didaerah
papua dan umumnya pasifik (oseania).
Kecurigaan
ini juga muncul mungkin juga karena perjuangan masyarakat papua lepas
dari NKRI semakin kuat. Tetapi penulis juga melampiaskan penyangkalan
bahwa AS tidak pernah bantu dalam bentuk apapun dalam perjuangan
menuju pembebasan nasional west
papua.
Apa lagi, kami ini dianggap bangsa yang masih belum berkembang
apa-apa, baik dicap dari domestic indonesia maupun luar negeri
(perspektif internasionalnya).
Setelah
melihat kecurigaan-kecurigaan hubungan antara indonesia Australia,
indonesia AS maka dengan sedikit adanya gerakan yang dan kecurigaan
kepada indonesia maka ia bantah keras-keras karena Negara indonesia
ini pun lahir karena pintarnya permainan politik. Bukan lahir secara
perjuangan permanen, dan perjuangan pun dengan penuh kekerasan, bukan
perjuangan damai seperti yang sampai hari ini diperjuangkan oleh
masyarakat papua.
Dalam
berita yang pernah penulis rangkap dan memperoleh juga memuat lebih
banyak membenarkan indonesia tetapi memuat juga banyak menjelekkan
Australia dalam VIVANews itu. Semoga kedepannya tensi mengagungkan
diri indonesia seakan melakukan hal yang baik didalam Negaranya
itulah yang akan menonjolkan tetapi menutup semua hal yang melemahkan
dan menjelekkan Negara indonesia itu yang membuat aneh Negara
indonesia ini.
Jadi,
jelas-jelas hubungan indonesia Australia dan AS itu baik seperti
pernah diungkapkan pemerintah Australia bahwa, Di sisi lain, Abbott
mengatakan tak bermaksud sedikit pun merusak hubungan erat antara
negaranya dengan Indonesia. “Hubungan dengan Indonesia merupakan
jalinan terpenting yang terus saya pelihara. Sebuah hubungan yang
akan saya pastikan terus berkembang dalam beberapa bulan bahkan
beberapa tahun ke depan,” kata dia. Maka sebenarnya kalau indonesia
ini mencuriga Australia atas persoalan papua dsb, maka itu suatu
perbuatan indonesia yang sama maknanya dengan menambah perkosaan
nilai kemanusiaan masyarakat papua.
Bagaimana
Dengan Kecurigaan Pemerintah Australia Terhadap Indonesia Khususnya
Marty Natalegawa MENLU Indonesia?
Nama
Mark Textor melambung tinggi akhir-akhir ini di Australia atau bahkan
Indonesia. Ucapannya yang menghina Menteri Luar Negeri Marty
Natalegawa, mengundang kecaman dari banyak pihak.
Ucapannya
yang menilai Menlu Marty seperti bintang porno Filipina era 1970-an
maka tensi hubungan indoesia Australia semakin buruk. Oleh seba itu,
sebagai pemerintah Indonesia yang katanya terbaik dari semua hal kok
dicap sana-sini bukan satu dimesi tetapi banyak jalurnya.
Maka
pukulan bertubi-tubi pemerintah australis kepada pemerintah indonesia
datang dari mana saja menunjukkan nilai hubungan yang harmonis sudah
mulai terpudar apa lagi, dicap juga dengan perilaku amoral. Oleh
sebab itu, sebagai masyarakat papua yang nantinya akan hadapi
persoalan serupa sangat penting untuk kita pelajari bersama dan
mengikuti perkembangan yang terjadi ini menjadi kebutuhan kita
bersama.
Kesimpulan
Penulis
Nyatalah
bahwa indonesia adalah pelaku penyandapan itu, karena kita lihat saja
indonesia itu ada banyak pulau yang ingin lepas dari kedaulatan NKRI
tak pelak saja pertama menyebutnya papua, aceh, Maluku (ambon RMS),
kaltim dan jogja. Itu pasti untuk memantau semua gerakan separatisme
luar negari serta Negara siapa saja yang saat ini sedang mendukung
separatisme dalam negeri ini.
Kepulauan
lain tensinya belum naik begitu besar tetapi papua, dan aceh juga
meskipun telah selesaikan melalui perjanjian Helsinki tetapi gerakan
masyarakat aceh kepada pemerintah NKRI sangat dominan. Maka jalan
keluar satu-satunya untuk memantau semua gerakan itu pastilah
indoensia mengguankan pemasangan alat penagkap pada telepon pejabat
Negara indoensia sebagai mana diidentifikasi oleh badan intelijen
australia.
Oleh
karenanya penulis konsisten berpegang teguh pada apa yang dikatakan
oleh perwakilan pemerintah Australia Perdana Menteri Tony
Abbott
menyatakan pemerintahan manapun di dunia pasti mengumpulkan
informasi. “Pemerintahan negara itu pasti juga mengetahui bahwa
semua administrasi di suatu negara melakukan hal serupa, yaitu
mengumpulkan informasi.
Maka
penulis simpulkan itu suatu realita yang Negara indonesia tak perluh
tawar dan bantah diri lagi karena, kemajuan pendidikan dan teknologi
telah berjalan didahului oleh Australia bukan sama dengan Negara
indonesia baru berkembang ini tidak.
Oleh
karenaya, ditekankan kepada masyarakat papua dan kawan-kawan aktivis
papua jangan terprovokasi dengan semua perkembangan yang terjadi.
Karena kami dapat bantuan dari luar negeri maupun domestic hanya
dapat peroleh hanya dengan hasil perjuangan kit asana. Selain itu,
dengan bantuan TUHAN yang amat mulia karena hasil doa, puasa, belajar
lewat kita itu suatu kerja politik.
Sejarah
mencatat bahwa bangsa ini akan bangkit diri, lawan sendiri, dan akan
bebas sendiri. Maka memberikan makna meskipun orang luar, entah
kepintaran apapun, kegesitan apapun datang untuk mencoba
memabangunnya tetapi bangsa ini tak pernah akan bangun.
Bangsa
west papua bangun apa bila pintar diri, belajar diri, puasa diri.
Maka marilah kita sama-sama bangun diri lewat berjuang diri, berdoa
diri, belajar diri, dan berpuasa diri demi pembebasan masyarakat dan
tanah air papua yang kita cintai bersama.
Karena
dukungan datangpun hanya hasil kerja keringat kita sendiri, berjuang
kita sendiri. Dan juga mereka juga yang pahami akan Demokrasi,
Sosialis, Kaum Minoritas, dan Misi Kemanusiaan.
PIET
PETRUS YOBEE
Penulis
Adalah Mahasiswa ASAL Papua Kuliahnya
UNIVERSITAS
WAHID HASYIM SEMARANG (UNWAHAS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar