Atas Nama Kesejahteraan Manusia, Bumi Harus Menderita Karena Dieksploitasi Habis-habisan
Selama
dekade beberapa tahun berpuluhan hingga sekarang meginjak berabad
papua berada dalam Negara Kesatuan Republic Indonesia (NKRI),
kepedulian akan lingkungan kepada wilayah menurun tetapi kemauan
pengerukan tertinggi. Itulah suatu tendency Negara diatas Tanah Papua
yang berkembang dan beranak cucu. Sebenarnya persoalan lingkungan
hidup ini bukan saja pada era ini dibicarakan oleh suatu organisasi,
kelompok, Negara tetapi suatu keselamatan dunia yang penting
dipeduli, dilestarikan.
Karena
suatu kenyataan yang terjadi disini secara kasat mata penulis bahwa
ditengah pelanggaran HAMnya semakin bertambah tendensi NKRI maupun
Negara lain untuk pengerukan SDA sangat tidak etis kelakuan mereka
mulai dipamerkan lagi.
Semoga
pantauan penulis juga bahwa masyarakat papua ini terkenal dikanca
internasional maupun domestik sangat seksi, sangat disebut-sebut
bukan hanya karena wilayahnya dikenal dengan konflik tetapi juga
karena SDA juga sangat kaya kandungannya. Karena selama pergaulan
penulis selama ini apa bila keluar dan berkenalan sama orang maka
kamu dari papua yang pelanggaran HAMnya banyak itu, selain itu kamu
punya SDAnya juga banyak kan, pula daerahmu konfliknya banyak dsb.
Karena
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka
kemauan bagi tali perutnya besar itu seringkali maunya mengisi terus
perutnya mereka asal puas tanpa berpandang kedepan, kesamping. Bahwa
setelah lingkungan rusak saya mengundang pemanasan global (global
warming)
kau hadir cepat atau tidak. Yang jelas bagi kaum bermodal tanpa
memikirkan konteks keselamatan lingkungan itu secara umum tetapi
seringlah mereka memikirkan individualistik.
Oleh
sebabnya, jika pemerintah Negara ini maupun luar yang kemauannya
menguasai tanah papua secara lingkungan, serta SDA lainnya maka
keselamatan dunia ada ditangan tanah papua. Karena dengan melihat
lagi konteks pemanasan global tadi maka satu-satunya penyumbang emisi
terbesar sekarang ada diatanah papua. Karena selama ini ada pula isu
yang menghangatkan bahwa sebenarnya ada bantuan khusus Negara-negara
untuk keselamatan emisi, tetapi dana-dana untuk menyelamatkan
lingkungan hidup papua yang sering Negara-negara itu salurkan lewat
gubernur papua untuk mengadakan upaya reboisasi, deforestrasi namun
dana tersebut tak pernah tersentuh sampai kepada akar rumput
(masyarakat setempat) demi lingkungan.
Maka
dari itu bahwa selama ini juga ada isu yang berkembang tentang
keselamatan lingkungan hidup tetapi bagaimana untuk melaksanakannya
menjadi keliru dan binggung khususnya terapan dinegeri papua yang
sangat strategis itu. Pada hal, keselamatan lingkungan adalah
keselamatan bumi ini dinikmati oleh anak cucu kita seluruh dunia
seribu generasi lagi. Jika kenikmatan bumi ini hanya cukupkan untuk
menikmati beberapa jutaan, hingga miliaran manusia didunia maka
sebenarnya pijakan, wawasan keselamtan bumi ini kembali kepada
manusia yang telah dilahirkan dari bumi, lingkungan ini, untuk
mencicil kenikmatan beberapa generasi kedepan. Jika ingin mencari
kepuasaan, kenikmatan diri hanya ini saja maka kita kesampingkan saja
keselamatan lingkungan didunia.
Tulisan
ini saya turunkan ketika melihat ada tulisan yang mengatakan berikut
ini:
“atas
nama kesejahteraan manusia, bumi harus menderita karena dieksploitasi
habis-habisan. Bumi sebenarnya bisa mencukupi kebutuhan setiap orang,
tapi ia tidak akan bisa mencukupi kebutuhan setiap orang-orang yang
rakus dan serakah”.
Lestarikan
lingkungan, tolak tambang dipapua, melempar kembali asal mereka
eksploitasi besar-besaran illegal logging yang sedang berkeliaran
seantero tanah papua.
Maka
penulis telah ambil inisiatif besar untuk menulis kembali kata-kata
ini yang sangat erat sekali dengan keselamatan lingkungan hidup paua
yang tak mempertimbangkan dampalk yang akan dialami masyarakat
sekitrnya dan seluanya kepada keselamatan dunia Tuhan ciptakan hanya
satu kali saja. Jadi, Penderitaan akan lingkungan hidup dimana
dahulunya masyarakat papua yang mata pencahariannya banyak
menggantungkan disini dihancur totalkan oleh pemerintah NKRI maupun
stakehorder.
Dimana
praktek pengerukan yang dilakukan akan diuraikan keluhan masyarakat
papua dari sebagiannya yang telah diperolehnya. Jika benar-benar kita
peroleh reseach secara mendalam maka sangat menyedihkan akan begitu
banyaknya penderitaan masyarakat papua secara lingkungan mereka hidup
dan suistainable.
DAMPAK
MIFEE KABUPATEN MERAUKE SANGAT SIGNIFIKAN
Proyek
lumbung pangan dan energi terpadu Merauke atau Merauke Integrated
Food and Energy Estate (MIFEE) yang diluncurkan pada bulan Agustus
tahun 2010/2011 saat ini merupakan rencana pengembangan sumber daya
alam yang paling ambisius untuk Papua.
MIFEE
dipublikasikan dan dilucurkan pada saat hari pangan dunia, bentuk
makanan dan perkebunan dari organisasi perserikatan bangsa-bangsa
(nations state/UN), dengan tema “Sustainable Food Systems for Food
Security and Nutrition”, atau mempertahankan system pangan untuk
keamanan pangan dan nutrisi. Dalam fakta2/keterangan2nya laporan ini
dilihat suatu informasi kunci objektif dari pangan dunia untuk
berpartisipasi dari kebiasaan/adat/aturan masyarakat, kategori hak
teristimewa wanita dan kaum minoritas dalam keputusan dan aktivitas
pengaruh yang sedang terjadi dalam kondisi hidup mereka.
Rencana
itu meliputi perubahan peruntukan sejumlah besar lahan, termasuk
hutan, untuk dijadikan perkebunan yang akan ditanami berbagai tanaman
untuk pangan, energi dan tanaman produktif lainnya. Pekerja akan
didatangkan ke Merauke untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja.
Kekhawatiran mendalam telah disampaikan oleh organisasi masyarakat
setempat serta ornop regional, nasional dan internasional mengenai
potensi kerusakan yang akan ditimbulkan oleh mega proyek ini terhadap
masyarakat adat, tanah adat, sumber daya alam dan budaya mereka; dan
juga dampak politik yang lebih luas, dampak terhadap HAM, sosiologi
dan budaya serta lingkungan Papua secara keseluruhan.
MIFEE
mengikuti pola baku dari mega proyek ambisius di Indonesia yang pada
dasarnya ditujukan untuk pasar ekspor. Proyek-proyek itu memberikan
insentif bagi investor sektor swasta, tetapi sama sekali tak
mempedulikan potensi pembangunan dan kebutuhan masyarakat setempat.
Tinjauan
atas proyek dukungan pemerintah yang menargetkan Papua seperti yang
telah dicermati oleh DTE selama lebih dari dua puluh tahun terakhir
ini menunjukkan bahwa pembangunan semacam itu cenderung memiliki
beberapa persamaan karakter. Ciri-ciri tersebut antara lain:
pengambilan keputusan dengan pendekatan dari atas ke bawah,
pernyataan resmi bahwa proyek itu untuk kepentingan masyarakat,
penyerobotan lahan milik masyarakat adat, dan didatangkannya tenaga
kerja non-Papua.
Fakta
bahwa MIFEE memiliki banyak persamaan karakter ini menunjukkan bahwa
tak banyak perubahan dalam pola pikir para pengambil keputusan sejak
jaman Suharto. Alhasil, dampak negatif serupa yang timbul dari
proyek-proyek sebelumnya kemungkinan besar akan terjadi lagi.
Sementara
beberapa rencana investasi yang lebih buruk di Papua belum berjalan,
atau paling tidak tak berjalan sebagaimana diumumkan sebelumnya,
penebangan hutan, pembangunan perkebunan, dan eksploitasi
pertambangan, minyak dan gas terus berlanjut dengan kecepatan yang
berbeda-beda dan tingkat dampak yang berbeda-beda pula.
Sementara
pemahaman Dishut tentang pembangunan hutan hanya untuk komersial
kayu, melindungi kepentingan perusahaan dan fasilitas kemudahan, yang
sejalan dengan kebijakan MIFEE. Menggunakan aturan Perdasus untuk
kepentingan perusahaan, bukannya untuk melindungi hak dan kepentingan
masyarakat.
Menggunakan
aparat kepolisian yang masih menimbulkan trauma dan alat kekerasan
negara. Ada diskriminasi terhadap masyarakat dan hak-haknya. Uang
masih jadi alat "gula-gula" istilah kawan Papua untuk
menawar masyarakat. Secara umum masyarakat Domande nampaknya tidak
paham dengan haknya, mereka dipaksa menerima informasi dan membuat
keputusan tanpa kesempatan mempelajari dan membuat
pertimbangan-pertimbangan.
Saya
tidak bisa membayangkan dampaknya yang dahsyat, komunitas Marind yang
peramu dan pemburu yang sangat tergantung pada hutan, savana dan
perairan rawa, dipaksa membuka dan merusak hutan, ini akan
menghancurkan "mama", lalu dipaksa bersaing dengan ribuan
orang dalam kegiatan produksi, dipaksa mengubah usaha ekonomi dalam
waktu singkat dengan bisnis-bisnis baru, tidak masuk di akal.
Hentikan perizinannya untuk sementara waktu sampai ada persetujuan
bersama dari masyarakat adat setempat.
PT.
FREEPORT INDONESIA Sebagai Hegemoni Global:
Perampokan
Terbesar Amerika di Gold Mountain Papua Semua emas, perak, dan
tembaga yang ada digunung Erstberg tersebut telah dibawa kabur ke
Amerika, meninggalkan limbah beracun yang mencemari sungai-sungai dan
tanah-tanah orang Papua yang sampai detik ini masih saja hidup bagai
di zaman batu.
Bahkan
ketika emas dan tembaga disana mulai menipis ternyata dibawah lapisan
emas dan tembaga tepatnya di kedalaman 400 meter ditemukan kandungan
mineral yang harganya 100 kali lebih mahal dari pada emas, yakni
dialah URANIUM!
Bahan
baku pembuatan bahan bakar nuklir itu ditemukan disana. Belum jelas
jumlah kandungan uranium yang ditemukan disana, tapi kabar terakhir
yang beredar menurut para ahli kandungan uranium disana cukup untuk
membuat pembangkit listrik Nuklir dengan tenaga yang dapat menerangi
seluruh bumi hanya dengan kandungan uranium disana.
Dengan
meninggalkannya limbah beracun yang menyebar begitu saja
mengakibatkan tempat minum masyarakat Mimika dahulunya angkat minum
dengan segar namun sekarang menggali sumur sampai sedalam l0 meter
lebih pun tak mendapatkan. Memperoleh air minum sekarang masyarakat
Mimika banyak beralih ke air gallon, DEPOT dan sebagainya karena
kesulitan mendapatkan air jernih.
Kemudian
spesies yang sering hidup dihutan-hutan pun mengalami kepunahan
karena akibat sisa bau bahan beracun yang ditinggalkan PT. Freeport
Indonesia itu. Oleh sebabnya juga kayu pun mulai mengering dari hulu
pantai kedaerah hilir sumber mata air. Serta air laut tempat diamana
keluar emas Amerika kini mulai mengering keatas pula.
Pembangunan
tambang bawah tanah DOZ (kapasitas 25.000 ton/hari) diselesaikan 18
bulan lebih cepat dari jadwal yang direncanakan. Tidak lama setelah
produksi DOZ mencapai 25.000 ton/hari, selanjutnya perluasan menjadi
35.000 ton/hari pun segera selesai di muka jadwal dan tepat anggaran.
Perluasan
(ekspansi) produksi tambang DOZ hingga 50.000 ton/hari dengan
memasang alat penghancur yang kedua serta ventilasi tambahan maupun
percepatan berbagai kegiatan pengembangan tertentu. Yang biayanya
mencapai kurang lebih $60 juta AS. Kami mengantisipasi
peningkatan-peningkatan produksi hingga 80.000 ton/hari. Peningkatan
tersebut dapat mempercepat perolehan kandungan bijih berkadar tinggi
dari tambang bawah tanah. Tampaknya angka-angka awal menunjukkan
keuntungan ekonomis yang sangat menarik.
Transmigrasi Membludak Juga Mempersempit Lahan Masyarakat Lokal dan Menguasai, Menghancurkan Bumi Papua
Sejak
lama program transmigrasi yang dilancarkan oleh pemerintah NKRI
sebagaimana mereka anggap papua juga sebagai satu Negara maka untuk
mengimbangi jumlah penduduk maka mereka mengirim secara besar-besaran
dalam jumlah yang sangat mengejutkan. Pada mulanya sejak tahun 1972
setelah Irian Barat (kini papua) direbut dari tangan belanda secara
paksa dan dibawah rebutan menjadi NKRI.
Mengapa
harus demikian menghancurkan? YA karena perkembangan manusia antara
masyarakat papua dan indonesia lain Maluku hingga jawa sangat jauh
berbeda, juga pola penjajahan yang diterapkan, patokkan juga sangat
menentukan perbedaannya. Masyarakat mulai dari Maluku selanjutnya
pintar akan berbisnis, berusaha, berdagang karena mereka telah
memahami (berpengalaman) melalui pedagang-pedagang india, arab dsb
yang pernah datang pun hanya bersinga berdagang daerah sini bukan
berdagang sampai Irian Barat (papua).
Oleh
sebabnya, nalar kita mampu berkembang dari sini bahwa ternyata
perkembangan secara ekonomi memang jauh berbedah dengan masyarakat
local papua maka jangan – jangan kalau transmigrasi besar-besaran
tentu segala hutan akan berkurang karena akan diisi oleh masyarakat
jawa, bali, sumatera dll, yang dikirim secara jumlah efektif itu.
Juga
sangat memberikan pelajaran sekarang bahwa benar apa yang diidealkan
oleh kaum aktivis pembela masyarakat papua bahwa kini kebanyakan
lahan kosong dikuasai oleh masyarakat pendatang, hutan juga ditebang
habis-habisan oleh masyarakat pendatang. Secara ekonomi pun
kebanyakan diambilalihkan oleh masyarakat pendatang sedangkan
masyarakat local papua menjadi termarjinal.
Illegal
FishingPapua
Illegal
fishing juga membawa dampak terburuk bagi masyarakat local papua yang
mana seperti telah diuraikan penulis diatas juga bahwa masyarakat
pendatang juga menguasai dalam hal ini. Semoga ikan yang dahulunya
dipelihara, dilestarikan oleh masyarakat papua juga kini mulai
tangkap habis-habisan. Sehingga dahulunya kehijauan laut papua yang
dahulunya tertampak indah, kini mulai degradasi karena ikan udang,
rumput laut itu juga merupakan salah satu penjaga keutuhan indahnya
alam laut.
Penangkapan
ikan secara liar ini juga bukan hal baik yang dibawakan oleh
masyarakat pendatang yang membawa keberuntungan masyarakat papua
namun merampas kekayaan alam, laut, kebun, lingkungan laut khususnya
masyarakat pesisir papua secara besar-besaran.
Oleh
sebabnya, jangan heran jika suatu saat badai datang menghantam
dipesisir pantai maka ia akan menguasai, mengikis daratan secara
perlahan-lahan menjadi lautan. Ini terjadi karena spesies laut yang
mmapu menahan segalanya mengalami kepunahan, hutan disekitar laut
pantai mengalami gundul. Maka keselamatan dunia konteks keselamatan
lingkungan alam papua saja, juga penulis anggap hancur lingkungannya
papua maka kehancuran bumi boleh dihitung dengan jari saja.
PIET
PETRUS YOBEE
Penulis
Adalah Mahasiswa Asal Papua
Kuliahnya
Universitas Wahid Hasyim Semarang (UNWAHAS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar