Apa itu tiga “T”? ini berarti termiskin,terbodoh,dan terbelakang
masih ada dan masih terpelihara sampai saat ini. Oleh karenanya rakyat papua
belum maju dalam banyak keterampilan atau skill untuk masuk bersaing dalam
dunia pengetahuan dan teknologi (IPTEK), yang semakin pesat di masa kini.dan
tidak adanya pengangkut (wahana) yang
tersedia untuk dapat memotivasi untuk mampu sejajarkan dengan masyarakat di
Negara lainnya. Karena tidak atau terbatasnya tenaga pendidik untuk masuk
bersaing dan masuk terharu menjaga tetap terlindungnya sumber daya manusia
(SDM) yang menanti untuk di cetak.banyak anak papua yang umur pendidikan belum
pendidikan,banyak rakyat papua yang dapat menjadi sopir,menjadi kontraktor,penjual
barang di toko,dan tidak mampu berpendidikan yang tinggi sampai sarjana karena
terbatas uang dan kebutuhan lain.dengan melihat latar belakang semuanya
berbedah jauh bahkan tidak mampu sehingga rakyat papua masih di anutnya tiga
“T” diatas.
Kemudian penamaan (labelisasi)
masih terpelihara apa bila metode dari pemerintah untuk mensejahterahkan
memperbaikinya.tetapi jika tidak berubahnya rasa simpati kepada rakyat papua
maka otomatis labelisasi akan terpelihara sampai titik darah penghabisan.orng
papua tak mampu lagi bersaing dalam pengetahuan jauh keterbelakang dengan pulau
lain di Indonesia menyebabkan di sebut terbelakang dalam pengetahuan,terbodoh
dalam pengetahuan, termiskin juga dalam pengetahuan.dalam persaingan
ekonomi masih belum orang papua yang mampu menguasai teknik untuk membuka
usaaha dan berbisnis yang baik sehingga rakyat papua di sebut sebagai orang
termiskin,orang terbodoh,orang terbelakang dalam perkembangan ekonomi di tanah
papua khususnya dan umumnya Negara Indonesia.
Bukannya salah satu bidangnya di sebut terhormat,termashur tetapi
semua bidang masih belum mampu untuk bersaing inilah memberi symbol bahwa papua
jauh ketinggalan jaman dengan pulau lain di Negara ini,masih banyak yang harus
di kejar untuk menjadi sama ratakan (equalities)
dengan daerah lain.jika secepat tidak mencari alur yang setepat mungkin maka
ini akan terpelihara terus.ini berarti patut di pertanyakan kepada pemerintah
mengapa rakyatmu masih hidup di bawa naungan seperti demikian? Dengan maksud di
balik apa Negara indoneisa hadir dan sudah terbentuk ini sudah lama bahkan
sampai berpuluhan tahun yang silam? Pertanyaan mudah untuk di ucapkan dan
dengar namun tidak mampu untuk merespon secara baik pada sasaran
pertanyaan,dengan akan muncul juga berbagai pertimbangan karena rakyat papua
selama ini di kategorikan bukan bagian yang betul-betul solid bagian Negara
yang ras dan warna kulit melayu.jadi,masalah tiga “T” pun menjadi masalah yang
masih butuhkan waktu yang cukup relative lama untuk menuntaskan dan mencari
jalan yang terbaik mungkin untuk keluar dari masih banyaknya masalah sepeleh
yang menyimpan dan sampai bertong-tong tidak pernah tergelincir maupun terlepas
dari sedikit bahasa pasaran bagi bangsa dan Negara yang tidak mengenal
moralitas.
Adapun pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul juga bahwa yang
salah siapa? dan bagaimana bangsa yang sikap dan cara pandang dari Negara yang
mempunyai ragam suku,bahasa,budaya,agama dan sebagainya yang berbedah? Ini
berarti Indonesia salah betul integrasi bangsa papua bangsa kulit
hitam,keriting rambut yang jauh berbeda sekali dengan bangsa Indonesia
lainnya.mengapa saya harus berkata demikian karena dengan berani mengintegrasi
berarti berani untuk tidak adanya miskin,berani untuk tidak adanya terbodoh,dan
terbelakang atas negri mereka.namun Negara Indonesia kesalahan dan berbagai
pelanggaran adalah hal biasa jadi tidak perluh kepala pusing untuk barang
itu.penulis sebagai seorang putra papua yang diam dan tinggal mengalami
sehingga sekarang saya tidak perluh untuk tinggal lipat tangan tetapi saya
sedang berusaha semua kejadian untuk menuangkan dalam tulisan agar orang yang
belum mengetahui baik tentang masalah papua ini agar banyak bias melihat dan
membaca masalah yang terjadi kurung waktu yang cukup lama ini,agar waktu
mendatang tidak lama lagi menemukan akar masalahnya mudah untuk memecahkannya.
Karena tidak menyukai lagi bangsa kami ini saja yang biasa rasakan berbagai
penamaan (labelisasi) lagi kami untuk
selamanya.saya yakin semua penamaan ini agar mampu keluar sesegera
mungkin.sebab saya selalu kecewa dengan banyak macam persolan kecil-kecilan
ini.saya sebagai pembela masyarakat saya yang begitu labelisasi maka hati saya
muncul mereka mengatakan kepada saya karena memang saya ini pertama saya lahir
dari kandungan terbodoh,termiskin dan terbelakang.saya bukan lahir dari kaum
kaya, terpintar,bukan pula dari kaum maju atau para elite.dengan demikian
bercakap mengenai ini berarti inisungguh-sungguh menamai saya maka saya harus
mengambil sikap yang membangun masyarakat ini.karena misi utama selama kaum
intelek adalah saatnya yang sangat tepat sekali untuk
melindunngi,mendukung,harkat,martabat masyarakat.
Persoalan kecil yang terjadi Ini pun belum mampu merujuk dan
mencari yang namanya solusi,metode berpikir yang picit pada satu arah semoga
persoalan kecil tambah persoalan berat dan sekarang siapa mampu lagi mengontrol
dan menyelesaikan persoalan yang besar.yang menjadi perluh perhatian yaitu
kenapa dia di sebut miskin,soal apa yang mustih harus di kedepankan agar semua
merasakan miskin sama-sama dan kaya pun bersama-sama.begitu pun terbodoh ini
mengapa,jika ini mencari jalan keluar bisakah bodoh sama-sama dan kaya
sama-sama.
Yang menjadi persoalan berat yaitu tanah papua sebagai daerah atau
propinsi yang berstatus otonomi khusus (otsus) tetapi masih banyak kebutuhan
sekunder saja belum mampu bagaiman mungkin untuk berpikir kebutuhan primer dan
tersier.makanya otonomi itu bukan mensejahterakan masyarakat namun membuat dan
membawa masuka banyak persoalan dan tantangan di daerah papua.bukan saja
munculnya tiga”T” tetapi banyak persoalan salah satunya yaitu penyakit yang
tidak pernah derita di daerah papua yaitu HIV/AIDS menjadi panenannya di
papua.lebih lanjut juga pelanggaran HAM mulai juga menjadi persoalan di internasional
bukan persoalan nasional Indonesia.seperti inilah maka nama papua mulai
merajalela di mana-mana.bahkan sampai laporan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan lembaga GEREJA di mana-mana sehingga mulai juga muncul nama tambahan dari
pemerintah kepada kaum ini sebagai separatis,makar,dan
OPM kepada kaum mahasiswa juga tidak pernah luput dari itu.
Saya juga memang merasa sangat betul karena saat ini rakyat papua hidup dan
tinggal di bawa pengawasan oleh pemerintah Indonesia.ini nyata bagaikan
permainan,remotnya di pegang oleh pemerintah pusat maka daerah bertindak
apa.tidak mampu yang memegang remot dan memainkan itu bukan orang- orang papua
selama ini.jadi yang memegang remot katakan apa kau harus lakukan dan wajib
untuk mengikutinya.orang papua tidak mampu karena remotnya.bukan mampu
tidaknya,jika di ukur kemampuan pastilah ada orang yang lebih mampu dari
sukarno dan hatta.yang mana telah proklamasi kemerdekaan,itu semua di pengaruhi
oleh kaum intelek/mahasiswa sehingga pantaslah pemerintah mencap mahasiswa
papua sebagai separatis.makar,dan opm dalam sekian tahun ini.
Akhirnya penulis yang penuh kerinduan akan tanah papua sebagai ibu yang kandung
yang tidak lupa akan semua duka citanya.menngatakan bahwa yang sebenarnya anak
papua bukan tertinggal,terbodoh,dan termiskin tetapi terkaya,termaju dan
terpintar sehingga saya penulis pun mampu untuk mencoba semuanya.sehinga tidak
ada semua nama diatas sebelum papua menjadi Indonesia. (DIMAI YEPO)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar