Pada era demokrasi masih terlihat baik dengan
baik isu papua dalam Negara indonesia; Tentu saja, disini juga kami masih
banyak menemukannya banyak ganjalan isu politik secara tajam mulai memeriahkan
dari rakyat papua mulai angkat sejarah sebagai alat peraga penting yang mampu mendominasikan
untuk berani dalam meneriakkan merdeka dan merdeka selama setengah abad silam
dalam Negara indonesia. Maka tanpa khawatir dan mampu membawa mereka kearah
yang baik untuk mencapai tujuan seantero rakyat papua dalam Negara Indonesia
ini.
Efiden sejarah ini maka rakyat papua untuk
bertindak tetapi bagi pemerintah dan Negara ini mengklaim dengan tegas bahwa
papua ini adalah bagian integral dari pada NKRI yang tak penting untuk
medongkrak dan tidak boleh terpisah dari pada Negara ini; Dengan demikian,
dibawah ini penulis akan memberikan beberapa tips dan alur yang demi mereduksi
untuk tak ada lagi permasalahan yang mulai Nampak agar rakyat papua yang hingga
kini masih belum disembuhkan dengan pemahaman yang benar tentang sejarah papua
dalam NKRI kepada rakyat disini pula.
Jika kita melihat kebelakang lagi mengenai
maka euphoria rakyat papua yang menginginkan terpisah dari pada indonesia sangat
lumayan jumlahnya; maka penulis akan mencurahkan dengan berbagai sumber yang
mendapat disini untuk meredahkan isu politik sejarah diatas. Ini segera akan
punya inisiatif dari pemerintah akan jelas bahwa prediksi akan menyebar dan
akan terdengar lebih sedap rasanya dari pada diluar kandang kita ini. Hal
sedemikian berlanjut lama disebabkan oleh banyaknya tidak memahami antara
pemerintah dan rakyat papua kurung waktu setengah abad diatas itu.
Papua Tak Terlepas dari Pada Kepentingan Internasioanl
Pandangan sangat tajam yang tak kita luputkan
bersama yakni, banyak kepentingan diperut papua dikandungi banyak maka agak
kerumitan mendongkrak dan mendesak indonesia dari luar terutama dari amerika
serikat dan Negara adidaya lain kepada indonesia agar segera dituntaskan;Benar
bahwa ketika diselenggarakan new York agreement juga agak keberatan kalau
indonesia dan AS biarkan belanda masih
berada ditanah papua; Yang jelas transaksi antara AS dan indonesia kepentingan
kedua Negara diatas tanah papua yang banyak melipahi dengan kekayaan alam.
Meskipu ketika berlangsungnya New York Agreement
itu juga belanda tidak ingin hadir karena bangsa papua juga suatu bangsa yang
memang terpisah benar dengan indonesia; Namun atas desakan AS dan indonesia
maka belanda hadir namun dengan syarat bahwa harus dilaksanakan praktek
internasional untuk menanyakan langsung kepada rakyat papua satu persatu kepada
mereka sendiri bahwa yang dikenal dengan “One
Man One Vote” atau yang mana disepakati dan tahun 1969 benar jadi
laksanakan pepera namun pendangan utusan khusus PBB yang waktu itu dipilih
sebagai saksi bahwa apak indonesia benar-benar akan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk kami atau tidak yakni ortis
zans saat itu ditanah papua.
Tetapi apa yang dilaksanakan oleh indonesia
dan di hadapan utusan khusus PBB ini
mengalami kecewa maka kini kita menemukan buku yang dibuat utusan khusus PBB
yakni kita boleh temukan bukunya yang berjudul “Act of Free Choice” dimana-mana
di indonesia hingga dipelosok internasional. Dan sangat menyedihkan apa bila
orang tua menceritakan kejadian ini orang tua penulis saat itu masih anak-anak
kecil tetapi suatu kenyataan maka masih
terekam dalam memori hingga pada saat ini.
“There also
a widespread understanding that growth of trade and investment is imposible
without a substantial commitment among state to openness, policy coordination,
and cooperation in setting the rules and institutions needed to manage the
system”.
“Bahwa disini juga terkembang luas memahami
dengan pertumbuhan perdagan dan investasi adalah kemungkinan tanpa subtansi
komitmen diantara Negara-negara untuk membuka kebijakan koordinasi, dan
pengaturan aturan kerja sama dan institusi yang dibutuhkan untuk sisitem
pengaturan”.
Ternyata benar bahwa mereka indonesia dan AS
mengagalkan kemauan belanda untuk membentuk satu Negara bagi papua juga sebagai
sebuah bangsa. Namun kepentingan AS dan indonesia untuk melancarkan investasi
dan korporasi ditanah papua sebagai sangat strategis; semoga impian indonesia
dan AS ditanah papua telah berhasil melalui PEPERA saat itu.
Maka sebagai balas budi yang terjamin bagi
rakyat juga tak tercermin disini menjadikan banyak rakyat punya keyakinan kuat,
deal antara AS dan indonesia diatas tanah papua sebagai perpanjangan tangan dan
menambah menjajah bagi rakyat papua disini. Sebagaimana pernah dikatakan juga
oleh wakil pressiden pertaman indonesia yakni, ketika proklamasi kemerdekaan
indonesia telah diproklamirkan hanya dari Maluku maka jika kita merebut bangsa
papua lagi maka itu penjajahan baru kita diatas tanah papua maka dia pernah
mengatakan biarkan mereka mengurus diri sendiri mereka dengan melihat beberapa
factor latar belakang yakni budaya, letak geografis, menurut ras dsb.
Sampai hinggga kini nasib sebagai orang asli
papua memang benar-benar disayangkan karena pada saat itu juga soekarno bersih
keras mempertahankan, merebut tanah papua kedalam indonesia bukan hanya
kepentingan manuisa yang kita aneksasi namun kita merebut karena tanah ini
telah terkandung banyak kekayaan alam, maka segera merebut, aneksasi menjadi
milik indonesia yang tak terpisahkan. Diimbangi dengan itu pula, pertentangan
serta perlawanan rakyat papua juga sangat memberikan suatu makana dan
mengkategorikan jumlahnya signifikan. Semoga kita tidak heran bahwa ada
cerita-cerita kuno oleh orang tua yang
hingga kini masih domonan memberikan intuisi untuk generasi ini tak tinggal
diam tetapi harus berdidri dan lawan sebagai anak bangsa yang berbedah dengan
bangsa lain yang dianeksasi.
Untuk menjaga banyak kepentingan
internasional punya korporasi sehingga
untuk mengacu pada suatu resolusi agak kongkaling-kong bagaimana mungkin
mendengar jeritan anak daerah ditanah papua disini. Meskipun rakyat papua disni
memandang kepentingan internasional dipapua banyak maka otomatis kekayaan alam
disini terkuras, rakyat asli akan termarjinalkan dan menjadi miskin. Teknik
gaya pandang ini dikesampingkan maka semua tak beroperasi secara efisien dan
efektif. Mulai dari kesehatan masyarakat memburuk, pendidikan belum menjamin
secara merata, ekonomi masih dikatakan belum seimang dengan daerah lain dalam
negeri ini.
“The nature
and scope of a country’s participatin in the world economy is greatly affected
by political decision made within it’s border. The political this decision
making is also influenced by the fact that different groups are affected in
different ways by involvement in the world economy: some groups win while
others can be disanvantaged, which sets up a political struggle over what to
do. Taxes, interest rates, decision about tariffs, and economic negotiation
with other nation but a few of the choice involved in this process. The out
come is tipically a result of both the power relationships and resource of the groups
involved and the degree to which governmental leader can act independently of
those interests”.
Kekayaan alam dan tujuan dari Negara yang
berpartisipasi dalam dunia ekonomi adalah sangat efektif dari pada pembuatan
keputusan politik dengan batasan tertentu. Pembuatan keputusan poltik ini juga
mempengaruhi fakta yang berbedah antara kelompok yang mengakibatkan perbedaan
jalan keterlibatan dalam dunia ekonomi: beberapa kelompok menang ketika
kelompok yang lain tidak menguntungkan, yang terbit atas perlawanan politik atas
apa yang dilakukan. Pajak, tingkat kepentingan, keputusan tentang tarif, dan
negosiasi ekonomi dengan bangsa lain tetapi sedikit pilihan yang meliputi dalam
proses ini. Penaggulangan tipikal sebuah hasil dari kekuasaan hubungan dan
kekayaan alam dari kelompok termasuk dan tingkatan yang pemimpin pemerintah
boleh bertindak secara bebas dalam kepentingan tersebut.
Sesuia dengan alur berpikir diatas ini maka
penulis mempertaruhkan disini juga bahwa bagaimana pun situasi kepentingan kita
Negara ini secara lebih luas telah dipermainkan ketika persetujuan PT. FI
berlangsung hingga kini. Namun kita juga belum mampu memahami sampai kesana,
seketika kita merenung secara lebih mendalam maka bukan saja papua ini ditindas
oleh berbagai Negara internasional, namun kita sebagai Negara yang merdeka juga
masih ada penjajahan yang berlangsung baik melalui kelompok, Negara tetapi
sampai kini belum memahami sampai kesana. Ini bukanlah
Ini bukanlah dengan problematika dengan
penulis tetapi kini penulis mulai terdorong bagaimana mengangkat rakyat papua
yang mulai ditindas oleh kepentingan internasinal diatas buminya sendiri. Maka
andaikata bahwa papua ini tertindas dibawah ketika Negara-negara ini merampas
kekayaan alam si kecil ini punya bagian yang telah TUHAN curahkan untuk si
kecil itu. Teriakan dibawah tindisan dari Negara besar kepada tanah dan rakyat
papua ini telah tertidis dan berteriak minta tolong selama setengah abad yang
silam. Semua ini boleh terjadi terus karena memang orang-orang besar yang
menginjak hanya merampas kepentingan banyak orang besar diatas si kecil.
Sikap Bisnis
Dibumi Cenderasih Oleh Negara-negara
Apa yang terjadi ditanah papua sehingga
penulis mengambil tema ini secara terbuka? Kapan akan berakhir bisnis
Negara-negara diatas tanah papua? Bagaimana proses yang dilaksanakan oleh
Negara-negarag diatas tanah papua? apa
solusinya dari akibat yang terjadi atas tanah papua?
Akibat yang telah terjadi, sedang terjadi,
dan akan terjadi hamper sama tak jauh berbedah, semoga deal antara AS dan
indonesia juga sama. Maka akibatnya, banyak rakyat papua merasa ketidak betah
apa bila semua akibat akan mendapat timpahnya kepada mereka terus. Maka berikut ini isi
sumbangan menurut para pebisnis, untuk mensponsori terjadinya bisnis ini
termandek.
Tanpa memedulikan dari Negara-negara yang
telah menanamkan investasinya ditanah papua tidak pernah sesungghnya
mengakibatkan daerah sekitar misalnya, perushaaan PT. FREEPORT INDONESIA
dimimika, perusahaan minyak sorong, perusahaan TRIKPEKS dibiak serta perusahaan
kecil lainnya. Maka bau sedaapnya dari hasil dari kekayaan orang asli papua
dibawah keluar terus dan tidak sedikitpun yang merasakan dan menikmatinya. Maka
kelakuan bisnis Negara-negara diatas tanah papua sangat rakus, sangat
memarjinalkan, sangat meminggirkan dsb. Dengan demikian, apa yang terjadi selama
setengah abad papua papua dalam NKRI sanagat disayangkan. Resikonya, tak ada
pemerintah pun yang memedulikannya bahwa situasi papua adalah salah satu bagian
yang sakit semoga kita punya perhatian dan upaya untuk menyembuhkan.
Selama ini juga penjajahan Negara-negara
melalui bisnis menjadi problematika fundamental yang harus diluruskan agar
rakyat asli juga menikmati hasil kekayaan alam mereka sendiri sebagai orang
asli papua yang menjunjujng bahwa selama ini mereka seyogyanya hidup dan diapit
oleh banyak kekayaan alam yang berlimpah. Namun Negara yang selama ini rakyat
papua mendiami anggap bahwa telah kami upayakan dan kamu menikamti banyak
program yang kami curahkan secara khusus kepada rakyat papua disini. Namun
kenyataan yang terjadi tidak sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah dan
Negara, buktinya juga bahwa rakyat papua mulai bangkit dari latar belakang
sejarah, letak geografis yang secara berjauhan, ras yang sangat berbedah.
As noted
already, strategy is first of all a part of a “chain”. It does not exist by
itself, but fellows from higher-level
planning (deep and basic), and leads to action (execution and evaluation), then
looping back to start all over again in eternal cycle of thinking and doing.
Mari sekarang kita menengok dengan kata-kata
diatas ini bahwa sesuai dengan bisnis indonesia pertama kali dengan AS dan
Negara lain dalam membuka bisnis diatas tanah papua demi kepentingan indonesia.
Maka indonesia anggap papua masih belum berkembang, terbelakang sehingga
soekarno melancarkan persiapan, starategi pertama dari semua bagian demi
membongkar rantai, yang mana pada saat itu indonesia anggap sebagai papua itu
masih dirantai oleh belanda dengan tujuan ini tidak keluar sendiri, tetapi
diikutkan dari rencana level tinggi perdalam dan dasar dan untuk bertindak. Dengan
pintarnya misi indonesia kedepan, dengan skenarionya indonesia, dengan
starategi tujuan dengan taktiknya hubungan kerja sama yang sangat licik
indonesia dalam merebut seluruh tanah papua ini jadikan tempat dimana jadikan
tanah bisnis dunia demi kepentingan indonesia belaka.
Pada abad akhir-akhir ini juga volume rakyat
papua yang melawan Negara-negara punya bisnis yang lancar diatas tanah papua
namun tak ada respons yang menyembuhkan luka mendalam yang sedang diderita oleh
rakyat papua selama ini. Maka Negara-negara yang punya bisnis diatas tanah
papua ini masih memegang tangan kanannya indonesia bukan mereka ini anggap
bahwa benar kami nikmati ini adalah benar-benar hasil kulit hitam diatas tanah
papua. maka bagi rakyat papua juga tak yakin bahwa Negara-negara yang punya
investasi atau bisnis ini tak akan mampu menyelesaikan barah besar yang hingga
kini masih belum dipadamkan oleh siapapun itu.
Klaim
Tidore dan Ternate
Di dalam
suatu pernyataan yang di lakukan antara sultan Tidore dengan VOC pada tahun
1660, secara sepihak sultan Tidore mengklaim bahwa kepulauan Papua atau
pulau-pulau yang termasuk di dalamnya merupakan daerah kesultanan Tidore.
Sukarno
mengklaim bahwa kesultanan Tidore merupakan "Indonesia Bagian Timur",
maka Papua merupakan bagian dari padanya. Di samping itu, Sukarno mengklaim
bahwa raja-raja di kepulauan Raja Ampat di daerah kepala burung, Papua, pernah
mengadakan hubungan dengan sultan Tidore.
Apakah kedua
klaim dari sultan Tidore dan Sukarno dapat dibuktikan secara ilmiah? Gubernur
kepulauan Banda, Keyts melaporkan pada tahun 1678 bahwa dia tidak menemukan
bukti adanya kekuasaan Tidore di Papua Barat. Pada tahun 1679 Keyts menulis
lagi bahwa sultan Tidore tidak usah dihiraukan di dalam hal Papua. Menurut
laporan dari kapten Thomas Forrest (1775) dan dari Gubernur Ternate (1778)
terbukti bahwa kekuasaan sultan Tidore di Papua Barat betul-betul tidak
kelihatan.
Pada tanggal
27 Oktober 1814 dibuat sebuah kontrak antara sultan Ternate dan Tidore yang
disaksikan oleh residen Inggris, bahwa seluruh kepulauan Papua dan
distrik-distrik Mansary, Karandefur, Ambarpura dan Umbarpon pada pesisir New
Guinea (daerah sekitar Kepala Burung) akan dipertimbangkan kemudian sebagai
milik sah sultan Tidore.
Kontrak ini
dibuat di luar ketahuan dan keinginan rakyat Papua Barat. Berbagai penulis
melaporkan, bahwa yang diklaim oleh sultan Tidore dengan nama Papua Barat
adalah pulau Misol. Bukan daratan Papua seluruhnya. Ketika sultan Tidore
mengadakan perjalanan keliling ke Papua pada bulan Maret 1949, rakyat Papua
Barat tidak menunjukkan keinginan mereka untuk menjadi bagian dari kesultanan
Tidore.
Adanya
raja-raja di Papua bagian barat, sama sekali tidak dapat dibuktikan dengan
teori yang benar. Lahirnya sebutan 'Raja Ampat' berasal dari mitos. Raja Ampat
berasal dari telur burung Maleo (ayam hutan). Dari telur-telur itu lahirlah
anak-anak manusia yang kemudian menjadi raja. Mitos ini memberikan bukti, bahwa
tidak pernah terdapat raja-raja di kepulauan Raja Ampat menurut kenyataan yang
sebenarnya. Rakyat Papua Barat pernah mengenal seorang pemimpin armada laut
asal Biak: Kurabesi, yang menurut F.C. Kamma, pernah mengadakan penjelajahan
sampai ke ujung barat Papua. Kurabesi kemudian kawin dengan putri sultan
Tidore. Adanya armada Kurabesi dapat memberikan kesangsian terhadap kehadiran
kekuasaan asing di Papua.
Pada tahun
1848 dilakukan suatu kontrak rahasia antara Pemerintah Hindia Belanda
(Indonesia jaman Belanda) dengan Sultan Tidore di mana pesisir barat-laut dan
barat-daya Papua Barat merupakan daerah teritorial kesultanan Tidore. Hal ini
dilakukan dengan harapan untuk mencegah digunakannya Papua Barat sebagai papan
loncatan penetrasi Inggris ke kepulauan Maluku. Di dalam hal ini Tidore
sesungguhnya hanya merupakan vassal proportion (hubungan antara seorang yang
menduduki tanah dengan janji memberikan pelayanan militer kepada tuan tanah)
terhadap kedaulatan kekuasaan Belanda, tulis C.S.I.J. Lagerberg.
Sultan
Tidore diberikan mandat oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1861 untuk
mengurus perjalanan hongi (hongi-tochten, di dalam bahasa Belanda). Ketika itu
banyak pelaut asal Biak yang berhongi (berlayar) sampai ke Tidore. Menurut
C.S.I.J. Lagerberg hongi asal Biak merupakan pembajakan laut, tapi menurut
bekas-bekas pelaut Biak, hongi ketika itu merupakan usaha menghalau penjelajah
asing. Pengejaran terhadap penjelajah asing itu dilakukan hingga ke Tidore.
Untuk menghadapi para penghalau dari Biak, sultan Tidore diberi mandat oleh
Pemerintah Hindia Belanda. Jadi, justru yang terjadi ketika itu bukan suatu
kekuasaan pemerin- tahan atas teritorial Papua Barat.
Setelah pada
tahun 1880-an Jerman dan Inggris secara nyata menjajah Papua New Guinea, maka
Belanda juga secara nyata memulai penjajahannya di Papua Barat pada tahun 1898
dengan membentuk dua bagian tertentu didalam pemerintahan otonomi
(zelfbestuursgebied) Tidore, yaitu bagian utara dengan ibukota Manokwari dan
bagian selatan dengan ibukota Fakfak. Jadi, ketika itu daerah pemerintahan
Manokwari dan Fakfak berada di bawah keresidenan Tidore. Dari rangkaian
beberapa bahan yang disodorkan di atas, dapat disimpulkan bahwa Sukarno telah
terbukti memanipulasikan sejarah untuk mencaplok Papua Barat.
Klaim Hindia
Belanda
Pada tahun
1949 pemerintahan otonom (neo-zelfbestuursgezag) di Papua Barat dilengkapi
dengan satu bentuk pemerintahan di bawah kepemimpinan seorang residen.
Ketika ratu
Belanda menyerahkan kekuasaan Hindia Belanda kepada Indonesia pada tanggal 27
Desember 1949, wilayah negara Indonesia yang ditetapkan pada waktu itu adalah:
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan
Kepulauan Sunda Kecil. Jadi, tidak termasuk Papua. Perlu dicatat pula, bahwa
ketika kemerdekaan Indonesia diprok- lamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945
sebuah kelompok kecil politik pada jaman revolusi kemerdekaan RI, tidak ingin
memasukkan Papua ke dalam daerah teritorial RI. Almarhum Mohammed Hatta, wakil
presiden pertama RI, pada tahun 1948 ikut menyatakan bahwa Papua tidak boleh
dimasukkan ke dalam wilayah RI.
Saat tertanam
dan tercabutnya kaki penjajahan Belanda di Papua tidak bertepatan waktu dengan
yang terjadi di Indonesia. Kurun waktunya berbeda, di mana Indonesia dijajah
selama tiga setengah abad sedangkan Papua hanya 64 tahun (1898 - 1962). Tanggal
24 Agustus 1828, ratu Belanda mengeluarkan pernyataan unilateral bahwa Papua
merupakan daerah kekuasaan Belanda. Secara politik praktis, Belanda memulai
penjajahannya pada tahun 1898 dengan menanamkan pos pemerintahan pertama di
Manokwari (untuk daerah barat Papua) dan di Fakfak (untuk daerah selatan Papua.
Tahun 1902, pos pemerintahan lainnya dibuka di Merauke di mana daerah tersebut
terlepas dari lingkungan teritorial Fakfak. Tanggal 1 Oktober 1962 Belanda
menyerahkan Papua ke dalam PBB.
Penulis adalah Mahasiswa Universitas
Wahid Hasyim Semarang Program Studi Ilmu Hubungan Internasional (HI).
Reference:
Irene
Chow, Neil Holbert, Lane Kelley, Julie Yu.
Business Strategi an asia-Pasifik Focus; First published in 1997 by
prentice Hall. ISBN: 0 – 13 – 525858-8.
Thomas D. Lairson
Rollins College, International Poltitic Ekonomy, The Struggle for Power and Wealth.
1993, ISBN, 0-03-054589-7.
Yobee
Piet, Wahid Hasyim Desember 2012. Masih Tersangkutnya
Sejarah Papua dalam Negara Indonesia dan berkembangnya Isu Merdeka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar