Semarang 21 Desember
2012 Sejumlah mahasisw Papua
Forkompas smarang dan SMPP salatiga turun aksi keliling bundaran simpang
lima menuju jalan pahlawan ke POLDA
Jateng untuk menuntut bertanggung jawab
atas penembakan dan pertahanan yang telah terjadi pada tanggal 17 Desember di
wamena. Aksi tersebut di pimpin oleh Otis
sebagai Ketua Forkompas dan Jeep sebagai
korlap aksi .
Dengan
demikian Dalam orasi Ketua Forkompas, SMPP dan Korlap aksi, Maupun Masa aksi
Mahasiswa menuntut bahwa segera bertanggung jawab Kekerasan
Indonesa terhadap warga sipil Papua yang terjadi oleh sebab itu sampai pada saat
inipun telah terjadi penangkapan,penembakan, pembakaran dan pembunuhan ditanah papua,Lebih khusunya yang mana telah
terjadi empat hari yang lalu, diwamena
tepatnya tanggal 15 -17 Desember maupun Papua pada umumnya bahwa Masa akasi
menuntut Negara bertanggung semua penembakan pelanggaran HAM besar di
tanah Papua.
, Aparat Gabungan Tni/Polri menangkap
aktivis komite Pasional Papua Barat KNPB yang juga ketua umum KNPB wilaya
Jayawijaya serta dua orang anggotanya dengan alasan yang tidak jelas, berselang
beberapa hari, tanggal 16,17 desember aparat gabungan kembli merisuhkan warga
wamena dengan menembak mati ketua umum militant Knpb pusat Hubertus Mabel serta
rekannya Natalis Alua dengan alasan kedua aktivis ini terlibat dalam penembakan
Didistrik Pirime Kabupaten Lanijaya yang sebenarnya korban Hubertus Mabel tidak
ada ditempat kejadian, tutur ketua umum Knpb Buctar Tabuni saat ditanya media
bintang papua., takhenti-henti mereka pun membakar kantor Dewan Adat Wilaya
Baliem yang merugikan ratusaan juta rupia yang merupakan sifat biadap Aparat
Tni/Polri
Saat aksi berlangsung di depan
POLDA Jateng,,,Juru Bicara Nyong di bacakan sebuah sikap pernyataan sekaligus menyerahkan sebuah sebauh pernyataan kepada
Pejabat POLDA Jateng sebagai beriku:
Ø Kami Minta Pemerintah Indonesia menarik aparat
TNI dan POLRI yang begitu banyak tersebar di Papua. Bagi kami aparat gabungan
TNI/POLRI lah yang memicu terjadinya pelanggaran HAM atas tindakan kekerasan
yang membabi buta masyarakat Pribumi Papua tanpa bukti-bukti yang jelas. Ini
terbukti pada Pukul 15:00 di kampong Holima, Hubikosi Wamena. Sabtu (15
Desember 2012). Aparat gabungan TNI/POLRI kembali ke Holima, menembak ternak
babi masyarakat sekitar. Akibat kebrutalan aparat gabungan TNI/POLRI masyarakat
lari ke kampung terdekat, hutan terdekat, untuk menyelamatkan diri untuk
mengunsi.
Ø Kami Minta Pemerintah Indonesia membebaskan
enam orang yang ditangkap dan kini berada di Tahanan Aparat POLRI di Wamena.
Keenam orang tersebut adalah Simon Daby (Ketua KNPB Wamena), Meky Jikwa, Jhon
Huby, Pie Huby, Herae Huby dan Ima Mabel. Penangkapan ini terjadi di kampong
Holima, Hobikosi Wamena. Sabtu ( 15 Desember 2012) sekitar Pukul 9:00 serta
pembebasan Tahanan Politik (TAPOL) di Papua, Bukhtar Tabuni cs. Karena tidak ada
bukti-bukti yang jelas atas keterlibatan mereka dalam kasus-kasus yang terjadi
di Papua.
Ø Kami Minta Pemerintah Indonesia membuka ruang
Demokrasi besar-besaran di Papua. Tetapi apa yang terjadi di Papua, kami tidak
terima karena ruang demokrasi ditutupi! Kami diteror, kami ditahan, kami
disiksa, kami dipaksa sampai kami dibunuh. Apakah makana yang jelas tentang
demokrasi yang kita agungkan sampai sekarang? Apa makananya kita menjadi
anggota tetap dalam Kovenan Internasional DUHAM sementara kasus HAM belum
selesaikan secara tuntas dalam Negara ini lebih spesifik Tanah Papua?
Ø Semua ini kami berkata diatas dasar hukum.
Jelas-jelas tertuang dalam teks pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945 pasal 28
tentang Hak Asasi Manusia. Tetapi yang terjadi di Papua adalah Pelanggaran HAM
besar-besaran dipapua. Kami menanyakan dimanakah dimanakah pemerintah dan
Negara Indonesia menyikapi akan pelanggaran HAM yang terjadi dipapua? Kami akan
menuntut terus demi kebenaran dan keadilan terhadap kasus pelanggaran HAM yang
terjadi di Bangsa Papua.
Setelah membaca dan
menyarahkan sikap pernyataan tersebut ini..kata Nyong juru bicara menyampaikan
ke pihak POLDA bahwa sikap pernyataan
tersebut yang kami serah ini mohon di tindak lanjuti sampai ke Mabes
POLRI Jakarta karean akami selalu di tindas dan di bunuh….
Kata mewakili seorang Pejabat
POLDA Jateng menjawab bahwa sikap
tersebut ini saya terima dan saya akan mencoba ke atasan saya katanya .(NYCIX)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar